Ani Purwati
Peluncuran Tahun Hutan Internasional pada 2011 akan membantu meningkatkan kesadaran para pembuat kebijakan dan masyarakat umum mengenai pentingnya menjaga hutan dan ancaman utama yang dihadapi. Pada saat ini bisa memberikan kesempatan untuk berbagi kisah sukses tentang pendekatan yang menunjukkan hasil, dan untuk menyoroti peluang potensial untuk membalikkan tren deforestasi dan degradasi hutan.
Demikian keterangan dari Center for International Forestry Research (CIFOR) melalui Nita Irawati Murjani, sebagai Regional Komunikasi CIFOR Asia di Bogor, Jawa Barat kepada beritabumi.or.id (20/1).
Selain itu juga bisa meningkatkan upaya sesuai perjanjian dalam mekanisme REDD+ yang dicapai pada perundingan iklim PBB baru-baru ini di Meksiko, yang memberikan satu kesempatan dalam memobilisasi kemauan politik dan sarana keuangan untuk membantu pemerintah mengambil langkah-langkah yang serius untuk melindungi hutan tropis.
CIFOR
bekerjasama dengan organisasi mitra, terutama di Collaborative
Partnership on Forests (CPF - yang mencakup 14 organisasi internasional
dengan mandat yang berkaitan dengan hutan), memanfaatkan kesempatan
untuk meningkatkan kesadaran selama berjalannya Tahun Hutan ini. CIFOR khususnya akan menjadi tuan rumah serangkaian acara yang memperhatikan berbagai aspek pengelolaan hutan, tantangan dan kesempatan dari perspektif organisasi penelitian.
Sebagai contoh, di sela-sela Konferensi Biennial ke-13, Asosiasi Internasional untuk Studi Commons, yang berlangsung di Hyderabad, India minggu depan, CIFOR akan menyampaikan sebuah seminar tentang tata-kelola hutan.
“Kami akan mengadakan acara serupa sepanjang tahun dan memuncak pada 5 Hari Hutan oleh CPF-dalam kaitannya dengan perundingan iklim PBB berikutnya di Durban pada bulan Desember,” demikian dalam keterangan CIFOR.
Sejumlah negara yang merupakan rumah bagi hutan tropis penting, termasuk Indonesia, Brazil dan Meksiko telah melangkah maju dengan membuat beberapa komitmen mengurangi deforestasi dan sedang dalam proses mengembangkan rencana nasional dan kebijakan untuk melaksanakannya. Sebagai contoh, Indonesia telah mengupayakan tugas untuk mengembangkan dan menerapkan strategi nasional REDD +.
Dalam ekonomi politik biasanya dari sektor kehutanan di banyak negara, inisiatif seperti ini memerlukan risiko politik dan finansial yang signifikan bagi pemerintah yang melaksanakannya. Peluncuran Tahun Hutan Internasional menyediakan platform bagi masyarakat internasional untuk mendukung komitmen mereka, dan memperkuat pesan bahwa pemerintah telah membuat pilihan yang tepat.
Komitmen dan Moratorium
Menurut
Berry Nahdian Furqan sebagai Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi) di Jakarta (19/1), peluncuran Tahun Hutan
Internasional pada 2011 ini bisa memicu semua orang untuk berkomitmen
menyelamatkan hutan. Bahwa masih ada hutan yang tersisa dan harus
diselamatkan. Ada hutan yang sudah kritis perlu dihutankan kembali.
“Ini upaya baik untuk memicu komitmen menyelamatkan hutan, tapi bukan berarti tidak ada masalah dengan hutan kita,” kata Berry.
Untuk bisa memenuhi Tahun hutan Internasional ini, Indonesia harus bisa tegas dalam pengelolaan dan pelestarian hutan. Moratorium logging
(jeda tebang) harus mulai dari sekarang, tidak ada jalan lain. Dengan
moratorium itu berarti member ruang pada hutan untuk bernafas baik
secara ekologi maupun politik. Untuk ekologi berarti memperbaiki
ekosistem dan politik berarti member ruang kepada kita semua untuk
mereview kebijakan yang carut marut dan sampai saat ini belum
diselesaikan.
“Jadi
moratorium tidak terbatas waktu tapi prasyarat dan indicator yang harus
dipenuhi. Indikator misalnya laju deforestasi berkurang, selesainya
tata batas hutan, selesainya konflik lahan di kehutanan dan banyak yang
harus dilakukan lainnya,” jelas Berry.
Tanpa
moratorium, keinginan untuk memperbaiki hutan kita tidak bisa
dilakukan. Sulit karena sangat carut marut, masalah tata ruang, konflik
kepentingan tata batas hutan juga masih banyak yang belum selesai.
Secara
formal CIFOR dan IUCN bersama lembaga dunia di bidang hutan dan
keanekaragaman hayati lainnya meluncurkan Tahun Hutan Internasional 2011
dalam pertemuan Forum Hutan PBB (UN Forum on Forests - UNFF) yang
berlangsung di New York, pada 24 Januari – 4 Februari 2011.
Sumber Terkait:
Berita Terkait:
0 komentar:
Posting Komentar