Ani Purwati - 13 Jul 2010
Menurut
Greenpeace, sebagai tempat tinggal dari 10 persen hutan hujan tropis
dunia, Indonesia mengalami percepatan pengurangan hutan lebih cepat dari
negara lain, hilangnya mencapai 51 sqkm tiap hari. Indonesia
sekarang sebagai emitor gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia,
sebagian besar akibat dari deforestasi dan degradasi, dan Jambi telah
kehilangan dua pertiga dari hutan perawan tersebut. Penggundulan hutan juga sudah menyumbang pada peningkatan bencana alam skala kecil.
"Banjir
telah menjadi kebiasaan di sekitar Merangin dalam lima tahun terakhir,"
kata Aidil Putra, Ketua Kesatuan Petani Jambi, seperti dikutib dalam
IRIN Asia, humanitarian news and analysis, 1 Juli 2010.
"Air semakin tinggi juga. Banyak rumah kami telah rusak. Kita sendiri yang harus membangunnya kembali padahal sulit karena semua kayu yang baik telah diambil, " lanjutnya.
Mengurangi deforestasi sangat penting untuk mencegah bencana skala kecil, seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan.
"Hutan memainkan peran penting dalam mengurangi bencana ini karena mereka dapat meningkatkan resapan air," kata Bruno Locatelli, pemimpin untuk adaptasi perubahan iklim di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional di Indonesia. "Itu berarti ketika ada hujan deras, tanah hutan dapat menyerap air bawah tanah dan menyalurkan ke sungai. Hal ini juga sangat penting untuk mencegah kekeringan selama musim kemarau. "
"Hutan memainkan peran penting dalam mengurangi bencana ini karena mereka dapat meningkatkan resapan air," kata Bruno Locatelli, pemimpin untuk adaptasi perubahan iklim di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional di Indonesia. "Itu berarti ketika ada hujan deras, tanah hutan dapat menyerap air bawah tanah dan menyalurkan ke sungai. Hal ini juga sangat penting untuk mencegah kekeringan selama musim kemarau. "
Intensitas
banjir, tanah longsor dan kekeringan di Indonesia telah meningkat
secara signifikan dalam dekade terakhir, menurut Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Karena perubahan iklim, kemungkinan besar curah hujan lebih berat, dan hanya akan menimbulkan banjir dan tanah longsor jika hutan terus dibersihkan," kata Locatelli.
"Karena perubahan iklim, kemungkinan besar curah hujan lebih berat, dan hanya akan menimbulkan banjir dan tanah longsor jika hutan terus dibersihkan," kata Locatelli.
Banjir dan tanah longsor menyebabkan lebih dari 3.500 kematian dan evakuasi empat juta orang antara tahun 2000 dan 2009.
Deforestasi telah
mengurangi jumlah sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat seputar hutan. Wisnawati, penduduk di Jambi, mendapatkan
penghasilan 3,25 juta rupiah per bulan melalui penyadapan pohon karet,
tapi sekarang, setelah deforestasi merajalela selama bertahun-tahun, dia
beralih menanam beras dan kopi. Dia pun merasa beruntung bisa membawa
setengahnya setiap bulan.
"Untuk memenuhi semua kebutuhan kami memerlukan hutan - kayu untuk rumah kita, dan makanan untuk sehari-hari. Kita tidak bisa melakukan itu lagi karena sudah tidak cukup, "kata Wisnawati, 35, yang memiliki sebuah peternakan kecil di Lubuk Birah, sebuah desa sekitar 350 orang di Muara Siau, Jambi, Indonesia.
"Untuk memenuhi semua kebutuhan kami memerlukan hutan - kayu untuk rumah kita, dan makanan untuk sehari-hari. Kita tidak bisa melakukan itu lagi karena sudah tidak cukup, "kata Wisnawati, 35, yang memiliki sebuah peternakan kecil di Lubuk Birah, sebuah desa sekitar 350 orang di Muara Siau, Jambi, Indonesia.
Untuk
kebutuhannya, penduduk desa telah mengekstrak dan menjual madu dan
minyak tanaman nilam – yang digunakan sebagai minyak goreng dan membuat
kosmetik. Tetapi
sebagian besar harus mencari sumber pendapatan sekunder karena sumber
daya yang mulai menipis, hasil dari 20 tahun konsesi penebangan selektif
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan kayu Indonesia pada 490 sqkm hutan
Kabupaten Merangin sekitar desa.
Petani mengatakan bahwa binatang dipaksa keluar dari habitat alaminya oleh deforestasi yang mendatangkan malapetaka di desa. "Ada ribuan babi di sekitar sekarang. Mereka merusak tanaman kami, "kata Dahlan, seorang petani 52 tahun.
Tahun
lalu, 13 orang di Merangin telah diserang sampai mati oleh harimau yang
habitanya telah dihancurkan, kata Arif Munandar, Direktur Friends of the Earth Indonesia (Walhi) Jambi.
Langkah ke arah yang benar
Bulan lalu di Oslo, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan menghentikan konsesi baru pada lahan gambut dan hutan hujan Indonesia selama dua tahun. Sebagai gantinya, Norwegia akan memberikan Indonesia 1 miliar, yang bisa diklaim sebagai karbon offset.
Bulan lalu di Oslo, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan menghentikan konsesi baru pada lahan gambut dan hutan hujan Indonesia selama dua tahun. Sebagai gantinya, Norwegia akan memberikan Indonesia 1 miliar, yang bisa diklaim sebagai karbon offset.
Tapi aktivis mengatakan ini tidak cukup dan kegiatan komersial yang ada di hutan harus dipindahkan ke lahan rusak.
"Ada begitu banyak konsesi yang ada di Jambi yang jika operasinya terus menerus akan menghilangkan hampir semua hutan," kata Munandar dari Walhi.
"Ada begitu banyak konsesi yang ada di Jambi yang jika operasinya terus menerus akan menghilangkan hampir semua hutan," kata Munandar dari Walhi.
Penundaan ijin ini meruSpakan bagian dari janji Presiden untuk mengurangi emisi karbon sebesar 41 persen pada tahun 2020.
"Selama kami bisa menggunakan hutan kita secara lestari, kami berharap pemerintah melindungi hutan kami dari perusahaan untuk selamanya, sehingga anak-anak dan cucu kami dapat terus hidup dengan cara kita untuk generasi selanjutnya," kata Wisnawati.
"Selama kami bisa menggunakan hutan kita secara lestari, kami berharap pemerintah melindungi hutan kami dari perusahaan untuk selamanya, sehingga anak-anak dan cucu kami dapat terus hidup dengan cara kita untuk generasi selanjutnya," kata Wisnawati.
0 komentar:
Posting Komentar